A aang : kakak abah : bapak abdi : saya abdi : saya abot : berat abu : kekebul acan : belum acuk : pakaian ada : aya adalah : nyaeta adat : tabiat adeuk : akan adi : adik adigung : angkuh adik : rai, adi, pun adi adil : adil agan : tuan ageung : besar ageung : besar agul : bangga / sombong aheng : aneh / ganjil aing : saya aing : saya (kasar) air : cai ajag : srigala ajeng : mengajukan ajleng : lompat / melompat akan : bade, arek akang : kakak akar : akar aki : kakek aksara : tulisan / huruf ali : cincin alim : tidak mau alim : tidak mau alis : halis alit : kecil alit : kecil almenak : almanak alo : keponakan alung : lempar alus : bagus amang : paman; mengacungkan sesuatu amarah : emosi ambeh : agar ambek : marah ambekan : hawa nafsu ambeu : mencium bau ambu : ibu ameng : bermain ameng : main amis : manis ampar : tilam ampir : hampir / nyaris anak : anak anak adik : suan anak kakak : alo anak kecil : budak leutik, m
Cari keripik pisang klik disini Sama halnya seperti pencipta lagu, penulis naskah dongeng atau sandiwara radio, tidaklah dikenal sebagaimana penyanyi atau pendongengnya. Sama halnya dengan Yayat Rukhiyat, atau akrab dipanggil dengan Kang Yat . Saat dongeng radio “ Si Rawing ” meledak sekitar taun 80-an, orang hanya mengenal Wa Kepoh sebagai pembawa cerita dongeng tersebut. Padahal di balik kesuksesan para juru dongeng itu, terdapat tangan-tangan kreatif para penulis yang kini hampir terlupakan. Tanpa bermaksud mengecilkan peran juru dongeng, para penulis naskah dongeng memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kualitas dongeng yang digandrungi masyarakat. Dari sekian banyak dongeng Sunda di radio, cerita yang sangat fenonemal adalah Sirod Djelema Gaib (Saputra, 1969) karya K. Soekarna, Si Buntung Djago Tutugan (Tjaringin, 1969) karya S. Sukandar, dan Si Rawing karya Yayat. R. Dongeng Sunda Si Rawing yang dibawakan oleh Si Raja Dongeng Wa Kepoh